Senin, 28 April 2014

Review Buku : Peri Sikat Naik Pesawat

Penulis     : Edgard Xavier F. G (9 tahun)

Ilustrator  : kribkrib, Innerchild, Ardan Kukuh Prayogo, Arry Lesmana Tan, Indra Bayu

ISBN          : 978-602-249-565-9

Editor        : Kartika Indah Prativi

Hal             : 85

Penerbit   : Buana Ilmu Populer.

Wow, senang rasanya dapat kesempatan menangin GAnya mbak Dian Kristiani yang berhadiah buku keren besutan sang putra tercinta, Edgard Xavier Ferous Gunawan (9 tahun). Dan tentunya sulungku, Hasan (5,5 tahun) tak kalah riang. Hampir di setiap waktu luang dan menjelang tidur, dia selalu minta buku ini dibacakan.

Dari 10 dongeng dalam buku ini, ada 5 judul yang jadi favorit Hasan, yaitu "Laci-Laci di Otak", "Adikku Takut Hantu", "Perjalanan ke Bulan", "Bantal Pengabul Permintaan", dan "Nunu Naga Ingin Mainan".

Saat "Laci Laci di Otak" saya bacakan, Hasan komentarnya gini "Keren ya Umm!! Sayang otak mas Hasan belum punya laci, isinya cuma pikiran" hahaha.
Dan ketika giliran didongengkan "Bantal Pengabul Permintaan", dia bilang gini "Wah, berarti kalo mas Hasan nemu bantal yang kayak gini, mas Hasan harus minta apa-apa. Nanti dibagi-bagi ke temen-temen, biar gak kaya Elgin" :D.

Ternyata tipe tulisan Edgard yang pendek-pendek, lugas dan apa adanya justru mudah dipahami Hasan. Kami juga gemas dengan cara Edgard mengemas cerita. Dia membelokkan dan mengakhiri setiap kisah dengan cara yang berbeda, diluar dugaan saya dan Hasan tentunya. Seperti dalam cerita "Telur Misterius", "Peri Sikat Naik Pesawat" dan "Kenari - Kenari Kiko", weleh-weleh kirain telurnya isi Gajah, ternyata???? ;) 

Kelebihan lainnya adalah Edgard berani berimajinasi. Jadi dongeng yang dihasilkanpun jadi penuh kejutan. Daun tak harus berwarna hijau, mawar tak harus berwarna merah, maka sah-sah saja Edgard melihat "Paus Berbando" yang begitu mesra dengan mamanya. Xixixi. Atau cerita tentang "Baju Marah-Marah" yang misterius itu ;) Nice story Edgard.

Meskipun buku ini setebal 85 halaman, tapi bacanya gak bikin capek karena ceritanya pendek-pendek. Tiap halaman paling banyak memuat 5-6 kalimat. Didukung gambar-gambar keren dari lima ilustrator handal, ceritanya makin hidup dan tidak membosankan.

Masukan buat Edgard, terus asah keterampilan menulismu. Keberanian Edgard untuk menuangkan ide dalam bentuk tulisan, di usia yang masih belia pula, itu modal luar biasa. Terus belajar ya.
*ini pantesnya pesan buat tante sendiri ya Edgard, hakdesss :p* 
Satu lagi ya, salam kenal dari Hasan. Kemaren Hasan nanya alamat Edgard, dan pengen tau kalo kesana naik apa. Hehe.

Bagi saya pribadi, setelah membaca buku ini, saya jadi ingin mengingatkan diri sendiri. Biarkan anak-anak membebaskan imajinasinya, dan kelak mereka akan mampu melihat dunia dengan cara berbeda ;)

Senin, 14 April 2014

Masih Tentang Mimpi...

Kau masih bercerita, tentang mimpimu saat menjelang dewasa.
Tentang harapan, cinta yg merdeka, tentang rindu yg menggebu dan sebait puisi tentang kebesaran NYA.
Disela-selanya kulihat air mata, lama aku tak melihatnya. Pasti bukan karena kerasnya hatimu, tapi kau menahannya demi menghapus resahku.

Bahkan ketika gelombang hidup demikian keras menghempas, kau meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja.
"Tak ada sungai yang tak berriak, tak ada laut yang tak berombak. Angin yang menerpa bukan untuk memporak-porandakan kapal kita, tapi untuk memacu ke arah dermaga yg kita tuju. Toh angin tak selamanya badai, sebagiannya sejuk dan sepoi-sepoi", bisikmu diantara tatapan sendu.
"Terkadang sekumpulan camar yang singgah, melukis senja semakin megah" nada bicaramu semakin syahdu.

Aku tak pernah menolaknya, juga tak bisa mengingkarinya. Karena dulu, janji setiaku tak hanya padamu.
Ada sentuhan NYA dalam bait kata-katamu.
Ada senyuman NYA dalam  rangkaian kisahmu.

Jangan pernah berhenti mengejar mimpi, karena ia seperti bara agar kapal kita terus melaju.
Teruslah berkisah, aku tak merasa bosan atapun jengah.
Biarlah semua lelah berakhir indah.
Pun ketika nanti disuatu senja mimpi ini tak jua nyata.
Aku tetap menunggumu di sisi dermaga. Mengekalkan mimpi, dalam kisah hidup yang abadi..

.: Djogdja Istimewa, disela-sela isakan hujan, senja hari di penghujung Januari :.