Minggu, 18 Mei 2014

Review Buku : Misteri Chiroptera Penculik

Penulis       : Sri Widiyastuti

ISBN           : 978-602-249-525-3

Hal              : 170 hal.;13x19cm

Genre          : Fiksi Anak, Petualangan Misteri

Penerbit     : BHUANA SASTRA

Harga         : Rp. 30.000

Tahun         : Januari 2014, Jakarta


"Wah, ruangan ini keren. Dinding batunya sangat kokoh". Sarah masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Meskipun gelap, kotor, dan berdebu, ruang bawah tanah ini benar-benar luar biasa. Lukisan-lukisan kuno, terpajang di dindingnya. Bersama Azri, Sarah sedang berusaha menemukan Adli, Dian dan Lisa. Ketiganya hilang, saat Sarah mulai sibuk mencari kebenaran tentang  isu hantu kelelawar itu. Sampai di sebuah lorong, mereka berjalan mengendap-endap. Tiba-tiba Sarah dan Azri menabrak sesuatu. Mereka terjatuh ke lantai. Disorotkannya senter ke arah sosok yang menabraknya. "Wuaaaa!!!!!".

Keseruan petualangan Sarah dan Twin Petronas dalam mengungkap misteri hantu kelelawar tak berhenti disana. Mereka harus menghadapi tatapan sinis teman-teman sekolah yang menganggap bahwa Sarah lah yang bertanggungjawab atas hilangnya Lisa dan Dian. Belum lagi pertemuannya dengan lelaki berwajah tanpa senyum, yang selalu mengawasi gerak-gerik mereka. Siapa lelaki itu sebenarnya?.

Misteri Chiroptera Penculik menjadi novak petualangan misteri pertama yang saya bacakan untuk anak saya, Hasan. Alhamdulillah, dia sangat antusias. Kesamaan hobi taekwondo dengan Sarah membuat Hasan makin excited. Jalinan cerita seru dan bahasanya mudah dimengerti. Kecuali dialog bahasa Malaysia-nya, bacainnya mesti niruin logat Upin-Ipin :) Berhubung usia Hasan baru 5,5 tahun, saya berusaha membawa Hasan ke tempat-tempat yang mirip dengan setting cerita. Tujuan saya agar Hasan lebih mudah mengimajinasikan maksud penulisnya. Dan alhamdulillah menemukan beringin besar di sisi lapangan, bangunan tua dengan dinding menghitam, ditumbuhi tanaman perdu yang menjalar berhasil membuat Hasan merasuk dalam petualangan Sarah. Perfect!!.

Maka tak heran, walaupun cerita ini bergenre petualangan misteri, tapi begitu banyak ilmu dan pengalaman baru yang kami dapat. Mengenal lebih dekat chiroptera dan beringin dengan akar gantungnya. Petualangan yang menyenangkan sekaligus bikin deg-degan. Semoga akan ada sekuel selanjutnya, yang lebih seru, menantang, dan penuh kejutan ;)

Senin, 28 April 2014

Review Buku : Peri Sikat Naik Pesawat

Penulis     : Edgard Xavier F. G (9 tahun)

Ilustrator  : kribkrib, Innerchild, Ardan Kukuh Prayogo, Arry Lesmana Tan, Indra Bayu

ISBN          : 978-602-249-565-9

Editor        : Kartika Indah Prativi

Hal             : 85

Penerbit   : Buana Ilmu Populer.

Wow, senang rasanya dapat kesempatan menangin GAnya mbak Dian Kristiani yang berhadiah buku keren besutan sang putra tercinta, Edgard Xavier Ferous Gunawan (9 tahun). Dan tentunya sulungku, Hasan (5,5 tahun) tak kalah riang. Hampir di setiap waktu luang dan menjelang tidur, dia selalu minta buku ini dibacakan.

Dari 10 dongeng dalam buku ini, ada 5 judul yang jadi favorit Hasan, yaitu "Laci-Laci di Otak", "Adikku Takut Hantu", "Perjalanan ke Bulan", "Bantal Pengabul Permintaan", dan "Nunu Naga Ingin Mainan".

Saat "Laci Laci di Otak" saya bacakan, Hasan komentarnya gini "Keren ya Umm!! Sayang otak mas Hasan belum punya laci, isinya cuma pikiran" hahaha.
Dan ketika giliran didongengkan "Bantal Pengabul Permintaan", dia bilang gini "Wah, berarti kalo mas Hasan nemu bantal yang kayak gini, mas Hasan harus minta apa-apa. Nanti dibagi-bagi ke temen-temen, biar gak kaya Elgin" :D.

Ternyata tipe tulisan Edgard yang pendek-pendek, lugas dan apa adanya justru mudah dipahami Hasan. Kami juga gemas dengan cara Edgard mengemas cerita. Dia membelokkan dan mengakhiri setiap kisah dengan cara yang berbeda, diluar dugaan saya dan Hasan tentunya. Seperti dalam cerita "Telur Misterius", "Peri Sikat Naik Pesawat" dan "Kenari - Kenari Kiko", weleh-weleh kirain telurnya isi Gajah, ternyata???? ;) 

Kelebihan lainnya adalah Edgard berani berimajinasi. Jadi dongeng yang dihasilkanpun jadi penuh kejutan. Daun tak harus berwarna hijau, mawar tak harus berwarna merah, maka sah-sah saja Edgard melihat "Paus Berbando" yang begitu mesra dengan mamanya. Xixixi. Atau cerita tentang "Baju Marah-Marah" yang misterius itu ;) Nice story Edgard.

Meskipun buku ini setebal 85 halaman, tapi bacanya gak bikin capek karena ceritanya pendek-pendek. Tiap halaman paling banyak memuat 5-6 kalimat. Didukung gambar-gambar keren dari lima ilustrator handal, ceritanya makin hidup dan tidak membosankan.

Masukan buat Edgard, terus asah keterampilan menulismu. Keberanian Edgard untuk menuangkan ide dalam bentuk tulisan, di usia yang masih belia pula, itu modal luar biasa. Terus belajar ya.
*ini pantesnya pesan buat tante sendiri ya Edgard, hakdesss :p* 
Satu lagi ya, salam kenal dari Hasan. Kemaren Hasan nanya alamat Edgard, dan pengen tau kalo kesana naik apa. Hehe.

Bagi saya pribadi, setelah membaca buku ini, saya jadi ingin mengingatkan diri sendiri. Biarkan anak-anak membebaskan imajinasinya, dan kelak mereka akan mampu melihat dunia dengan cara berbeda ;)

Senin, 14 April 2014

Masih Tentang Mimpi...

Kau masih bercerita, tentang mimpimu saat menjelang dewasa.
Tentang harapan, cinta yg merdeka, tentang rindu yg menggebu dan sebait puisi tentang kebesaran NYA.
Disela-selanya kulihat air mata, lama aku tak melihatnya. Pasti bukan karena kerasnya hatimu, tapi kau menahannya demi menghapus resahku.

Bahkan ketika gelombang hidup demikian keras menghempas, kau meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja.
"Tak ada sungai yang tak berriak, tak ada laut yang tak berombak. Angin yang menerpa bukan untuk memporak-porandakan kapal kita, tapi untuk memacu ke arah dermaga yg kita tuju. Toh angin tak selamanya badai, sebagiannya sejuk dan sepoi-sepoi", bisikmu diantara tatapan sendu.
"Terkadang sekumpulan camar yang singgah, melukis senja semakin megah" nada bicaramu semakin syahdu.

Aku tak pernah menolaknya, juga tak bisa mengingkarinya. Karena dulu, janji setiaku tak hanya padamu.
Ada sentuhan NYA dalam bait kata-katamu.
Ada senyuman NYA dalam  rangkaian kisahmu.

Jangan pernah berhenti mengejar mimpi, karena ia seperti bara agar kapal kita terus melaju.
Teruslah berkisah, aku tak merasa bosan atapun jengah.
Biarlah semua lelah berakhir indah.
Pun ketika nanti disuatu senja mimpi ini tak jua nyata.
Aku tetap menunggumu di sisi dermaga. Mengekalkan mimpi, dalam kisah hidup yang abadi..

.: Djogdja Istimewa, disela-sela isakan hujan, senja hari di penghujung Januari :.


Senin, 31 Maret 2014

Resensi Buku : Mengenal Huruf Bersama Peri Windi

Judul Buku  : Mengenal Huruf Bersama Peri Windi.

Penulis          : Dyah Rahma & Sri Wahyuti

Ilustrator       : IR Creative Studio

Penyunting  : Dik Dik Fahruddin

Penyelaras akhir : Dewi Widyastuti

Desain           : Aditya Ramadita

Hal                  : 45

Penerbit        : Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia

Selain membutuhkan ilmu dan semangat, orang tua membutuhkan media yang menyenangkan untuk mengoptimalkan kemampuan anak di usia emas. Buku Mengenal Huruf Bersama Peri Windi buah karya Diyah Rahma dan Sri Wahyuti ini bisa menjadi salah satu media belajar yang asyik bagi anak-anak. Khususnya mereka yang mulai ingin mengenal huruf dan tertarik aktivitas membaca.

Buku ini saya cobakan pada anak saya, Hasan (5 tahun). Dia begitu semangat begitu melihat sampulnya. Halaman full color dengan ilustrasi yang lucu membuat Hasan semakin penasaran. Apalagi ketika masuk halaman kedua yang berisi dongeng peri Windi, dia tak sabar menuntaskan ceritanya. Sayangnya di halaman ketiga cerita terputus dan justru berisi aktivitas menebalkan huruf, yang seolah-olah berdiri sendiri (seperti tidak berhubungan dengan kisah Peri Windi). Saya sempat beberapa kali membolak balik halamannya, dan baru menemukan lanjutan cerita sang Peri di halaman 6.

Selanjutnya kami melanjutkan petualangan. Ada teka-teki menemukan jalan, menemukan huruf yang hilang, dan mewarnai. Ada juga menempel stiker, yang menjadi salah satu aktivitas mengesankan buat Hasan. Tapi saya jadi bertanya-tanya ketika sampai di halaman ilustrasi cerita Windi, ini buku untuk usia berapa ya?  :) Soalnya huruf-huruf pada ilustrasinya agak susah ditemukan (untuk usia Hasan tentunya). Contohnya di halaman 14 ketika saya meminta Hasan mencari huruf pada ilustrasi, yang pertama dilihatnya adalah huruf "a" di baju Windi :) Padahal yang diminta adalah huruf j, k dan l. Sayapun sempat mengamati beberapa lama untuk bisa menemukan huruf-huruf yang diminta.

Ide pembuatan buku ini sangat menarik. Yaitu mengajak anak mengenal huruf melalui dongeng peri Windi. Menurut saya akan lebih menarik bila dongengnya ditampilkan tuntas di muka. Sedangkan aktivitas menebalkan, melengkapi huruf yang hilang dsb ditempatkan dibagian akhir halaman sebagai fungsi pengayaan. Ilustrasi huruf juga sebaiknya diperjelas agar anak familiar dengan bentuk masing-masing hurufnya. Dan ada baiknya benda-benda yang ditampilkan dalam dalam aktivitas menebalkan berkaitan dengan dunia peri, agar petualangan lebih seru lagi. Selebihnya, Hasan suka semua isinya. Dan hampir tuntas mencorat-coret tiap halamannya ;)

Selasa, 25 Maret 2014

Kisah Seru Bintang Sepakbola Muslim

Judul         : Kisah Seru Bintang Sepakbola Muslim

Penulis      : Sri Wahyuti

Editor         : Imran Laha

Penerbit    : Adi Bintang

ISBN           : 978-602-1258-51-4

Gegap gempita bola rupanya selalu menjadi magnet luar biasa. Tua, muda, hingga anak-anak usia belia ikut terjangkit demam bola. Maka tak berlebihan kalau olahraga yang satu ini disebut-sebut sebagai salah satu media efektif pemersatu bangsa. Lihat saja, perbedaan suku bangsa, ras, agama, warna kulit justru menjadi sisi unik yang membuat sepak bola kian istimewa.

Sisi lain dari bintang-bintang bola inilah yang ingin disuguhkan oleh Sri Wahyuti dalam bukunya "Kisah Seru Bintang Sepakbola Muslim". Seperti yang kita tahu bahwa di liga-liga Eropa, pesepakbola muslim menjadi kelompok minoritas. Tentu banyak sekali tantangan dalam menjalankan keyakinannya. Bisakah mereka menyisihkan waktu untuk tetap beribadah di tengah padatnya jadwal latihan. Atau bagaimana mereka menjalankan puasa Ramadhan yang lamanya bisa mencapai 18 jam dengan penuhnya jadwal pertandingan. Ada pula kisah "Si Penyelamat Masjid" yang dermawan atau "Sang Hafidz" yang mampu menghafal 19 juz dalam Al-Qur'an? Siapa saja mereka? Di buku ini
anda akan menemukan jawabannya.

Buku setebal 208 halaman full color ini berisi kisah 21 bintang sepakbola muslim dari berbagai belahan dunia. Disini, penulis sangat berhati-hati memilih tokoh dan hanya menampilkan sosok-sosok yang benar-benar terbukti keislamannya. Sayangnya masih ada beberapa tokoh yang menurut saya mengganggu. Karena pemaparan tentang sisi "muslimnya" maupun kontribusi mereka kepada agama islam masih kurang mendalam. Padahal hal tersebut menjadi sorotan khusus dalam buku ini.
Selebihnya buku ini menarik. Penuturannya ringan dan lugas, sehingga cocok untuk bacaan anak hingga remaja. Kisah keteguhan tokoh-tokohnya dalam menjalankan kewajiban agama, menginspirasi kita bahwa sudah seharusnya seorang muslim patuh kepada Tuhannya dan tetap bisa berprestasi di bidangnya. Selamat membaca!

Kamis, 20 Maret 2014

Tentang Sahabat ...

Ujian datang silih berganti mewarnai persahabatan kami.
Ada kalanya suka, esok berganti duka, hari ini kami menangis tak lama berganti tawa.
Setiap kali masalah datang, dia menghampiriku dan bertanya, "Masih sanggupkah menjadi sahabatku, sedang jalan hidupku tak pernah mudah, dan tak pernah tau akankah berakhir indah?".
Aku menatapnya, mencari jawaban dari kedalaman hatinya.
"Aku tak pernah tau esok hari, hanya bisa berusaha terbaik saat ini. Ada kuasa-Nya dalam setiap peristiwa, karenanya aku berusaha tetap setia" jawabku kala itu.

Kehidupan pun terus berjalan, bulan ini genap tujuh tahun kami berteman.
Dia menjadi peneguh disaat rapuh, pemberi tenang disaat badai datang.
Sahabatku, suamiku, abah dari anak-anakku, semoga kami ditakdirkan oleh Nya menjadi sahabat setia hingga akhirnya. Amin

*for my lovely hubby, happy wedding anniversary...
Ada kuasa Nya dalam setiap peristiwa. Bismillah aja :)

#merantau

Menyelesaikan urusan pekerjaan berdua.
Membagi tugas keseharian bersama.
Menjaga, mengurus dan mendampingi  anak-anak setiap harinya.
Lelah juga, tapi kita "dipaksa" dan akhirnya bisa.
#merantau

Kemana-mana anak-anak dibawa serta.
Ke setiap tempat mereka tak pernah lupa.
Tak ada nenek untuk berganti menjaga.
Tapi jangan pernah mengurangi syukur kita, karena dengan begitu anak-anak lebih mengenal orang tuanya.
#merantau

Hidup itu sebuah perjalanan.
Kadang ada tanjakan, belokan,  tikungan tajam, atau kerikil dan bebatuan.
Maka susahku dukamu, senangku tenangmu, sedihmu tangisku, bahagiamu gembiraku.
Tak ada yg lain tau.
#merantau

Tak jarang datang paket dari kampung halaman.
Ahh sungguh senang nian.
Beras, camilan, atau sekedar lauk dan buah-buahan.
Menjadi penawar rindu yang dinantikan.
#merantau

Satu lagi yang selalu membawa aura bahagia.
Berdesak desakan berburu tiket kereta.
Atau sekedar mengantri oleh-oleh khas Jogja.
Mudik dan segala persiapannya selalu seru dan penuh cerita.
Tak sabar melepas rindu untuk ibu, emak, dan bapak.
Kangen bertukar kisah dengan kakak-kakak, teriring kegaduhan para ponakan.
Lengkap dengan citarasa masakan rumahan.
Beruntungnya aku bisa merinduimu selalu.
#merantau

Dan sekarang tentang keluarga kecil kita.
Menikmati segelas teh kental tradisi ibu, ditemani sepiring ulen ala emak.
Menyatukan dua kebiasaan dalam nuansa senja dikota kita.
Rasa yg sama, warna yg berbeda.
Merantau membuat kita belajar hidup yang sebenarnya...